Deputi Bidang Klimatologi Badan
Klimatologi Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Herizal pada 2021 mengatakan,
fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang terjadi
di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli – September).
Pada periode tersebut wilayah
Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai
bergerakan angin dari arah timur, berasal dari benua Australia yang berada
dalam periode musim dingin.
Adanya pola tekanan udara yang
relatif tinggi di Australia tersebut, menyebabkan pergerakan massa udara dari
Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan angin Monsun Dingin Australia.
Selain dampak angin dari
Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut
berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan
air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak
tersimpan di atmosfer.
Kesimpulan, dari hasil pemeriksaan
Tim Cek Fakta Tempo, klaim yang menyatakan fenomena Aphelion menyebabkan cuaca
lebih dingin dari tahun sebelumnya, adalah keliru.
Fenomena Aphelion telah
berlangsung pada 4 Juli 2022. Pesan semacam ini beredar sejak 2018, meski telah
dibantah beberapa kali oleh BMKG dan LAPAN.
Aphelion tidak berdampak langsung
pada kenaikan maupun penurunan suhu di permukaan bumi.
Sumber: @mgmpipasmppbg Satelit IPA
volume 1 tahun 2022.
Komentar
Posting Komentar