Bangsa Ini Kembali Pada Pemikiran Sendiri

pixabay.com


 Oleh Febri Prasetyo Adi, S.Pd.I. (SMPN 3 Mrebet)

 

Ki Hajar Dewantara (KHD) adalah sosok guru bangsa ini. Dedikasinya dalam dunia pendidikan berwujud nyata melalui sekolah taman siswa yang didirikannya. Tidak hanya apa yang bisa kita lihat saja, dedikasi KHD dalam dunia pendidikan lebih banyak dalam norma, nilai, semangat dan konsep yang sangat penting dalam dunia pendidikan. 

Kalimat sederhana yang terus didengungkan dari dulu hingga saat ini karena terasa relevan bagi bangsa Indonesia adalah Tut Wuri Handayani. Penggalan kalimat tersebut merupakan baris ketiga dari kelimat lengkapnya yang berbunyi, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Mandya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani". 

Bangsa Indonesia sesungguhnya sangat menyadari betapa relevannya ajaran KHD dalam dunia pendidikan tanah air. Namun sayang, bangsa kita terlena dengan teori-teori luar yang seolah lebih mumpuni dari ajaran guru bangsa sendiri. Alhasil, mata kita lebih berpaling ke luar sana, sementara mutiara yang ada di rumah sendiri tidak terindahkan sama sekali. 

Belakangan bangsa ini mulai menyadarinya melalui Kurikulum Merdeka. Lalu mulailah menggali berbagai ajaran KHD yang bahkan kalimatnya sendiri belum pernah di dengar. Bukan hanya "di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan dan di belakang memberi dorongan", namun ada kodrat alam, berhamba pada anak, tetep-antep-mantep, salam bahagia, hak diri, suci tata ngesti tunggal, dan lawan sastra ngesti mulya. Betapa kita akan tersadar bahwa ajaran-ajaran KHD sangat mendalam, asli, sesuai dan penting untuk diterapkan dalam dunia pendidikan bangsa ini. 

Pendidikan Guru Penggerak (PGP) menjadi salah satu langkah dalam mengembalikan lagi dunia pendidikan di Indonesia pada ajaran aslinya dari putra bangsa, yakni KHD. Penulis, selaku peserta PGP angkatan 9 melalui berbagai modulnya memiliki harapan agar bisa menyerap semua pemikiran baik KHD, khususnya dalam dunia pendidikan. Pemikiran yang mungkin saja belum pernah didengar penulis, apalagi diterapkan. Sebagai pendidik yang terus belajar, penulis berharap bisa menjadi guru yang semakin baik sesuai kebutuhan zaman dan karakter murid. 

Motivasi ini sangat diperlukan karena di tengah globalisasi yang berimbas pada percepatan teknologi yang sangat pesat, penulis terkadang seperti terbawa arus. Merasa apa yang datang dari luar adalah yang terbaik. Apa yang ada pada diri sendiri tidaklah berharga dibandingkan dengan semua yang berasal dari luar itu. Tidak menyadari bahwa sesungguhnya konsep terbaik pendidikan cukup digali dari pemikiran leluhur, seperti pemikiran KHD.

Penulis sangat berharap semangat ini bisa ditularkan ke murid. Kesadaran ini bisa menjadi motivasi agar murid bisa menjadi pembelajar yang baik. Pembelajar yang baik tentu harus didampingi guru guru yang juga tidak sungkan untuk bisa belajar dari siapa saja. Maka, penulis berharap bisa secara lengkap menggali filosofi pendidikan ala KHD, menjadi guru pembelajar, dan memiliki komunitas yang se-frekuensi dalam menjalankankan niat ini. Semoga pada akhirnya, bangsa ini akan kembali pada pemikiran terbaik, yakni dari pemikiran sendiri.


Komentar